Senin, 02 Januari 2012

Masalah Komunikasi dalam Pernikahan


  Jangan menganggap sepele jika pertengkaran dan perdebatan sudah menjadi kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga Anda. Masalah yang terus menumpuk di dalam pernikahan tak jarang berakhir tragis dengan terjadinya perceraian. Namun memendam masalah tanpa mendiskusikannya dengan pasangan juga tidak membuat hubungan pernikahan menjadi lebih sehat. Semua hanya memendam bom waktu. Cinta dan mimpi-mimpi yang hadir di awal pernikahan pun menjadi sirna, terhapus masalah yang datan
g bertubi-tubi.

Tak jarang karena egois, pasangan suami-istri tak mampu berkompromi untuk hal-hal kecil. Baik suami maupun istri mengharapkan pasangannya untuk berubah. Perbedaan pendapat dalam diskusi akhirnya berujung pada adu mulut. Jika “masalah-masalah kecil” semacam itu tak mampu diselesaikan, masalah yang lebih serius akan semakin memanaskan perdebatan menjadi percekcokan.

Masalahnya, memang tidak penah ada dua orang yang benar-benar serupa. Selalu ada perbedaan latar belakang, pandangan, kepribadian atau pekerjaan sekali pun. Tentu saja bukan hal yang mudah untuk menyatukan dua hal yang berbeda dalam hubungan seumur hidup. Diperlukan limpahan cinta, kepercayaan dan kesabaran untuk memulainya. Tentu saja Anda tetap harus menyampaikan pendapat dan ketidaksetujuan Anda pada pasangan, namun semua itu harus dilakukan dengan bijak.
Komunikasi yang tepat merupakan hal yang sangat penting pada pernikahan yang sehat. Pernikahan menjadi ideal jika terjadi komunikasi dua arah. Jika salah seorang tak bisa menyampaikan pendapat atau salah seorang memonopoli pembicaraan, maka yang terjadi hanya komunikasi satu arah. Tidak perlu merasa bahagia jika hal ini yang terjadi pada pernikahan Anda.  
Jangan pernah merasa takut untuk beradu pendapat dengan pasangan. Suami dan istri merupakan dua individu yang terpisah dan wajar jika berbeda pendapat. Yang penting, pasangan suami-istri harus mampu mengelola perbedaan pendapat itu dengan baik. Karena memiliki pola pikir yang berbeda, pria dan wanita seringkali hanya bisa “berbicara” tapi tak mampu benar-benar “berkomunikasi”. Jika ini terjadi, hubungan di antara mereka justru akan semakin memburuk. Karena itu, pasangan suami-istri perlu menemukan cara berkomunikasi yang efektif.
Untuk dapat melakukannya dengan baik, suami maupun istri harus belajar untuk lebih saling memahami, mengenali dan menerima pandangan pasangannya. Hubungan cinta tanpa penghargaan terhadap pasangan niscaya akan bernasib sama seperti kapal Titanic. Awal pernikahan ideal dimulai dengan saling mengerti kondisi dan masalah yang dihadapi oleh pasangan kita.
Ada lima tingkat komunikasi yang perlu dipahami oleh pasangan suami istri:
1. Tingkat penerimaan
2. Berbagi informasi
3. Berbagi gagasan
4. Berbagi perasaan
5. Keintiman (berbagi segalanya)
Perbedaan tingkat komunikasi antara suami dan istri tak jarang membuat komunikasi tak berjalan lancar seperti yang diinginkan. Seorang istri seringkali berharap suaminya duduk diam dan mendengarkannya. Istri menginginkan sang suami menjadi seseorang yang benar-benar menghargai perasaan dan pandangannya (tingkat lima). Seorang suami biasanya masih akan meminta alasan atau malahan menguliahi sang istri (tingkat tiga). Dalam situasi seperti ini, istri seringkali merasa seperti berbicara dengan tembok. Akhirnya istri pun berhenti berbagi perasaan dan pikiran dengan sang suami.
Sebagai tambahan, pasangan suami istri harus belajar mencintai, saling menerima satu sama lain serta belajar untuk benar-benar mendengarkan. Perhatikan dan tanggapi dengan wajar semua tanda yang diberikan oleh pasangan Anda. Sering-seringlah mempelajari cara yang tepat untuk berbicara dan menghormati belahan jiwa Anda. Jangan lupa untuk menyelipkan humor setiap saat. Yang paling penting, katakan semuanya dengan penuh cinta, langsung dari lubuk hati Anda yang terdalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar