Rabu, 04 Januari 2012

seni komuniklasi islam

”Payung untuk semua muslim di dunia? Menurut saya Khilafah itu utopis!.”
"Hari begini menolak demokrasi dan mengganti dengan Khilafah?"
”Sistem Islam yang mana?"
"Islam tegak, non-muslim binasa. Politik Islam itu diskriminatif"
"Perubahan yang membuat chaos!” 
”Gerakan anda tidak realistis!”
”Kita tidak berada di ruang kosong. Kita hidup di sebuah negara. You tidak realistis.”


Anda pernah mendengar ungkapan-ungkapan seperti di atas? Nada sesumbang ini kerap muncul di tengah optimisme  seruan kembali pada kehidupan Islam. Sebagian kalangan, terutama kelompok terdidik (educated people), menilai gagasan back to Islam tidak lebih dari sebuah impian. Impian yang akan berakhir menjadi mimpi. Apatah lagi menyatukan muslim seluruh dunia di bawah payung Khilafah Islamiyah ! Gagasan mulia ini, meski didukung argumentasi kuat (nash, historis dan faktual) masih dilihat sebagai visi yang beraroma utopia. Gagasan ini divonis sebagai visi yang utopis. Isyarat keengganan dari sebagian kalangan terdidik akan semakin menjadi-jadi tatkala sistem Islam yang canggih dikumandangkan sebagai problem solver satu-satunya atas segala problem kehidupan. Mereka sangat sulit menerima(baca: menangkap) opini yang sering digaungkan oleh para duta Islam. Padahal opini ini, Islam is the solution with Calipahte and Syariah, adalah penting untuk membangun kepercayaan diri dan optimisme umat agar mau kembali ke pangkuan Islam secara total.
Nah tulisan berikut ini bertujuan sederhana. Mencoba menganalisis kesenjangan semangat dan kendala komunikasi yang biasa terjadi dengan kalangan terdidik. Karena  idenya terlampau panjang maka dipotong-potong biar mudah dicerna. Perlu dicatat, kalangan terdidik disini adalah kelompok umat yang memiliki tradisi berpikir ilmiah, memiliki metodologi berpikir ’mapan’ dan selalu bersandar pada fakta empirik. Kelompok terdidik ini termasuk aktivis politikana.com. Setelah mengikuti pendapat mereka tentang syariah terlihat bahwa  ada proses komunikasi yang cacat. Artinya komunikan dan komunikator terhalang o leh kendala komunikasi yang sebenarnya tidak perlu.
Sebagai tambahan, kalangan terdidik adalah kalangan profesional, para pakar, dosen, pengamat dan peneliti. Termasuk pula para  entrepreuner, maupun pejabat. Mereka ini biasanya sudah memiliki pola pikir ’mapan’ dalam menyelesaikan problem, baik terkait masalah sosial, hukum politik maupun bidang spesifik yang digelutinya. Secara sosio-ekonomis kalangan ini termasuk masyarakat kelompok menengah ke atas yang posisinya sangat strategis dan signifikan bagi proyek perubahan peradaban. Bila khilafah tegak akan butuh orang-orang hebat seperti mereka. So, berkomunikasilah dengna mereka agar mereka sadar mau berIslam dengan lebih baik. Kalau mereka bukan muslim maka mereka akan mendukung gagasan politik Islam, ketimbang politik ala demokrasi yang sudah ditelanjangi Om Adi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar